Cerita Naik Gunung
Sabtu pagi 13 April 2019
Kami berlima adalah rombongan terakhir dari Pangkalpinang menuju Jakarta, sementara rombongan lain sudah lebih dulu berangkat menggunakan kapal laut dari Pelabuhan Pangkalbalam Pangkalpinang menempuh perjalanan laut kurang lebih 18 jam perjalanan laut di hari Kamis Malam.
Sabtu Siang tiba di Jakarta menuju Stasiun Senen Jakarta sambil menunggu rombongan lain dari Pelabuhan dan beberapa teman yang datang dari Jakarta langsung dan dari Lampung.
Tiket kereta api sudah ditangan.
Menggunakan kereta Matarmaja dari Senen perjalanan kami tempuh selama 6 jam menuju Pekalongan. Biaya untuk tiket kereta Rp 110.000,00
Kedengerannya menyenangkan. Ini kali pertama Saya ke Pekalongan.
Rencana awal sebenanya sudah disusun sedemikian baik. Bersama beberapa teman dari Bangka dan Bangka barat Kami berencana melakukan pendakian pertama ke Semeru, yang katanya puncak para dewa.
Beberapa hari sebelum keberangkatan, kami selalu memantau pendaftaran online untuk ke Semeru, sampai di Hari H keberangkatan pun masih belum dibuka kuota untuk pendaftaran. Menurut info beberapa rekan yang sudah pernah melakukan pendakian ke Semeru, tutup di awal tahun sampai kurang lebih 3 bulan biasanya untuk pemulihan ekosistem.
Sampai sudah duduk dikeretapun kami masih banyak berharap pada kuota yang tak kunjung bisa di daftarkan.
tiba di pekalongan jam 21.00 kami menuju kerumah keluarga Bang Andi, salah satu team yang berangkat. Dijamu dengan hangat oleh Pak De dan Bu de (Panggilan untuk paman dan bibi dalam bahasa Jawa) disiapkan kamar tidur untuk Saya dan Caca. Sementara teman-teman pria tidur di ruang tamu. Hidangan makan malam sudah disiapkan untuk menghangatkan perut yang mulai bergejolak lapar sedari perjalanan panjang. Sementara yang lain rehat dan mempersiapkan peralatan sebelum mendaki dan Beberapa masih bercengkrama satu sama lain.
Malam berlalu...
Disambut pagi yang cerah, sejak subuh Kami sudah mulai mengantri di kamar mandi, prepare, sarapan, kemudian pamitan ..
Foto di teras rumah Pak de bersama team FKPA
|
Pendakian pertamaku segera dimulai, menggunakan mobil terbuka jenis L-300 kami ber 13 melanjutkan perjalanan menuju Dieng Wonosobo. Biaya yang kami keluarkan 1 kali perjalanan dari Pekalongan menuju Dieng merogoh kocek Rp 700.000 hingga Rp 800.000 menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam. Tapi jangan khawatir, pemandangan sepanjang perjalan membuatmu lupa 3 jam itu lama. Lembah dan ketinggian yang belum pernah Saya lihat sebelumnya,
Tiba di Dieng kami bertemu dengan 2 orang lagi yang sebelumnya sudah terlebih dahulu mendaki ke Gunung Raung. Total team ber 15 jam 15.00 kami menuju ke basecamp yang tak begitu jauh. di Basecamp kami rombak peralatan, hanya membawa beberapa yang dbutuhkan saja ke atas, jaket, 1 atau 2 baju ganti, sarung tangan, kaos kaki, logistik selama 1 hari penuh untuk malam dan pagi menuju siang sisanya di titipkan di basecamp dieng dan sangat aman. Logistik dan beberapa peralatan di hitung jumlahnya, dari roti,obat-obatan hingga permen air minum. Karena ketika naik dan turun jumlah kemasan yang dibawa harus sama jadi harus detail yang dilaporkan. Di gunung kita dilarang membawa tisu basah karena utamanya didalam tisu basah ada kandungan plastik yang membuat dia tidak mudah diurai.
lalu di sore itu kami melanjutkan perjalanan ke Prau, kurang lebih perjalanan 2 jam lumayan lah untuk pemula seperti Saya. Sepanjang perjalanan jalur pendakian tidak terlalu banyak tebing menanjak pun disuguhi dengan pemandangan yang Indah, berpapasan dengan beberapa pendaki yang hari itu baru akan turun dari puncak, sesekali kami bertanya, "gimana Mas,Mba cuacanya diatas sana" "wah kemarin 2 hari berturut-turut berawan dan hujan". Hari itu memang kami disambut dengan cuaca berawan dan rintik ujan, tanah selama pendakian pun agak becek bekas hujan. Hati kalut, sudah ngga jadi ke Semeru, naik gunung cuacanya ngga bagus. Team optimis, yasudah kita lanjutkan dulu perjalanan sambil berdoa sepanjang perjalanan semoga Allah kasih kita cuaca yang bagus besok. Tiba di puncak Prau tepat jam 17.30 langsung mendirikan tenda, beberapa masak air untuk menghangatkan badan, udara mulai terasa dingin. Karena pertama kali naik gunung, langsung pake jaket trus di dalam tenda aja ngga keluar-keluar, anginnya dingin. Hari sudah jam 12 malam, Saya awalnya sudah tidur lebih dulu karena capek, kebangun karena kaki mulai dingin padahal sudah pake Sleeping Bag, Jaket dan Kaos kaki 2 lapis. Dan pengalaman pertama nangis tengah malem sesegukan gara-gara kedinginan bener-bener ngga bisa tidur menggigil. Duduk salah tiduran salah sampe dalam hati bilang abis ini ngga mau lagi naik gunung. Trus kaos kakinya di bantuin lagi tambah jadi 3 lapis sama pake 2 sleeping bag, alhasil baru agak hangat, Sebenarnya sugesti menggigil juga berpengaruh, karena sugestinya di gunung pasi dingin yah kebawa sampe pikiran alhasil menggigil beneran. hmmm
Pagi menjelang, suara-suara mulai terdengar riuh di luar tenda. Oh sudah asik melihat pemandangan, muda mudi berfoto ria, selfie, ada yang minta difotoin, ada yang cuma foto pemandangannya, ada yang cuma menikmati hangatnya mentari pagi berlatar kabut awan tipis yang menyelimuti sebagan gunung sumbing dan sindoro. Termasuk kami ... tidak ingin melewatkan moment itu. Sarapan pagi itu masak mie goreng, nasi , nugget plus orek tempe teri, makanan mewah versi naik gunung.
Bersama sebagian dari Team Pendaki FKPA berlatar Golden Sunrise |
Sebelum matahari berada di atas kepala, Kami sudah beranjak turun gunung menuju basecamp , tiba disana kami melakukan penghitungan sampah mulai dari sekecil bungkus permen, puntung rokok yang dibawa, bungkus roti hingga bungkus plastik mie. Konsekuensi jika yang dihitung awal naik gunung dan dibawa pulang ada selisih kurang, sampahnya harus diambil dan dibawa turun kembali. Lumayan kaaaaannn :( :(
Jadi dari atas gunung pun kami sudah harus disiplin dengan membawa beberapa kantong sampah semua bekas pakai masuk ke plastik sampah itu. Setelah selesai hitung sampah, kami mandi, sholat menggunakan fasilitas di Basecamp dan berkemas kembali.
Perjalanan selanjutnya Gunung Merbabu 3145 mdpl
Menggunakan bus yang kami sewa pendakian kami mulai melalui jalur Selo, Boyolali kurang lebih 3-4 jam perjalanan sampai ke Basecamp pak Parman, sepanjang perjalanan menanjak kami disuguhi pemandangan indah lampu-lampu di bawah, hawa dingin sudah mulai terasa padahal hari baru menunjukkan jam 20.00 dan insiden lucu mengawali perjalanan kami sebelum sampai ke basecamp.
Bus yang kami tumpangi tanduk atapnya nyangkut di pintu masuk basecamp, teman-teman keluar mobil semua bantuin dibantu sama penduduk sekitar gimana caranya bisa masuk karena jarak ke basecamp masih harus menanjak lagi, udaranya dingin dan ngga memungkinkan untuk jalan kaki. Segala cara dikerahkan dari mulai pada naik keatas atap buat angkat besinya, masuk ke mobil semua org kearah depan biar mobilnya agak turun, sampe mau buang angin ban biar mobilnya jadi lebih rendah. nah endingnya tetep mobilnya ga bisa masuk, akhirnya dijalan sempit itu busnya jalan mundur sampe ketemu halaman kecil untuk bisa muter. Usaha banget untuk sampe ke basecamp. Tiba di Basecamp kami rehat, tidur susun rapih, sebagian ada yang masih cerita-cerita, nyeduh kopi teh, ngoles-ngoles balsem, pake koyo, walaupun di dalam basecamp tidurnya tetep pake sleeping bag, berasa jadi kepompong karena udaranya dingin banget gaes. Istirahat cukup biar fit esok harinya.
16 April 2019
Waktu subuh semua bangun, antrian mandi, sholat dan berkemas, untuk mendaki kami hanya membawa beberapa peralatan dan logistik, tidak semuanya dibawa, sisanya dititipkan di basecamp dan aman. Pagi sekali beberapa teman sudah ada yang kepasar membeli sayuran seperti kangkung, wortel, kentang, kol, untuk masak sop menu makan siang di atas nanti. Karena tidak ada sumber air di Merbabu, kami membawa logistik air lebih bayak dalam satu tas yang bisa menampung 20 liter untuk selama sehari semalam di puncak.
Waktu yang akan kami tempuh hingga Pos 3 kurang lebih 8 jam melalui Jalur pendakian Selo.
Memulai perjalanan Kami di sambut pemandangan hutan pinus yang sejuk. jarak menuju pos 1 kurang lebih 1-1.5 jam tipe pendakiannya masih landai dan mudah.
Gerbang masuk Taman Nasional Gunung Merbabu Jalur Pendakian Selo |
Dari pos 1 menuju pos 2 jalanan mulai terjal. sepuluh menit jalan rata kemudian jalan menanjak dengan kemiringan cukup extreme. Dijalur ini banyak sekali kera berkeliaran. tiba-tiba datang menghadang dan akan tetap ikut dibelakang kalo ngga dikasih makanan. Diperjalanan ini yang memakan waktu agak lama karena lebih sering berhenti, minum, selonjoran. Belum lagi hujan dan terpaksa harus menggunakan jas hujan, agak sulit gerak karena kepala ketutupan plastik, jarak pandang mata harus berkedip lebih sering karena tetesan air hujan, jalanan licin dan berlumpur, kebayang kan kaki kotornya kayak apa, belum lagi adegan terpeleset, gaya nangkep kodok, dan sejenisnya. Tapi Saya senang, pengalaman pertama dan dalam hati selalu ngucap MashaAllah bisa beneran naik gunung , bisa liat aslinya, biasanya cuma bisa ngegambar di buku, lihat di instagram, dengar cerita orang. Tapi capek banget Ya Allah , abis ini udh ya.. hahahah..
Tenda di Pos 3 Gunung Merbabu |
Tiba di Pos 3 Kami langsung mendirikan tenda, berbenah, mempersiapkan dapur, jemur-jemur jas hujan, selepas hujan deras, kabut menutupi pemandangan. Jadi dari pos 3 menuju ke puncak Trianggulasi kurang lebih 3 jam perjalanan lagi dan kami mulai mendaki keesokan harinya pukul 03.00 subuh biar bisa melihat sunrise. Sarapan indomie pake nasi sebelum memulai pendakian, Udara dini hari begitu menyesakkan, melangkah tebing-tebing tinggi sedikit banyak membuat sesak, yang Saya rasakan oksigen semakin tipis, Jaket tebal di badan membuat ruang gerak lebih sedikit, sempit tapi kalo ga pake jaket, Saya bisa kedinginan menggigil, Sesekali Saya menoleh ke belakang turunan tebing mau balik lagi aja ke tenda tidur sepertinya lebih enak, jiwa kaum rebahanku meronta-ronta. Menggunakan senter kepala menapaki tebing yang licin bekas hujan deras kemarin, penerangan tipis hanya 1-2 meter kedepan, salah-salah ambil jalur ketemu jurang. Tapi berulang kali disemangati teman-teman jadi malu sendiri kalo harus kalah dengan ego. Sudah jalan 8 jam dari bawah, masa untuk jalan sisa 3 jam lagi mau menyerah.
Iya juga sih cuma 3 jam lagi..
Jalan lagi ..
Masuk ke Sabana 1 Saya liat tebing lagi dengan kemiringan yang hampir sama dengan naik pertama, wah Tebing lagi... muka udah sedih, hopeless, capek, yaaa namanya juga pemula, dibohongi teman-taman juga ngga tau. Bentar lagi sampe kok, bentar lagi sampe dibalik sabana itu udah deket. Saya jadi seperti anak kecil yang happy banget waktu di iming-imingi. Jalannya semangat lagi walaupun nafas udah setenagh berat, dari kejauhan memang terlihat banyak lampu senter yang mendaki sampai sabana 1, banyak yang sudah jalan lebih pagi dari kami.
Turunan Sabana 1, "Itu Puncak Gunung Merbabunya ya? " "Bukan, Lewat Sabana 2 lagi Baru Puncak Merbabunya"
Ya Allah terpukul banget pas tau masih jauh, mau balik jauh mau lanjut ga sanggup lagi. Sampe dibantuin temen-temen ada yang dorong-dorong dari belakang biar sanggup naik tebingnya, kadang ditarik dari depan, ada yang nungguin kalo berentinya kelamaan, Sumpah rasanya muka sudah pucat pasi habis darah, dingin diluar, di telapak tangan,dimuka tapi panas di dalam jaket. menurut Saya penting banget peran team disini. Tepat jam 6 sudah sampai di punggung gunung Merbabu hanya saja udah bener-bener ngga bisa ngejer Sunrisenya. Akhirnya kami menikmati hangatnya Mentari duduk disisi jalur pendakiannya. Lalu melanjutkan perjalanan Sampai ke Puncak Triangulasi, tiba di atas teman-teman saling berpelukan, ada yang menangis karena terharu bisa sampai puncak dengan ratusan drama diperjalanan, tak lupa kam juga langsung memanjatkan doa atas keselamatan dan kesehatan sampai bisa melihat keagungan-Nya. Di puncak anginnya cukup kencang, Pemandangan tidak begitu bagus namun beberapa kali gunung Merapi nampak jelas dari Puncak Merbabu. Oh ini Gunung Merapi yang sering Saya dengar dan lihat beritanya di TV, merapi nampak tenang. Angin dari puncak begitu dingin, di puncak sudah ramai pendaki berfoto-foto, menikmati pemadangan,
Pos 3 Menuju Sabana 1 |
Pemandangan Sabana 1 dan 2 |
Jalan lagi ..
Masuk ke Sabana 1 Saya liat tebing lagi dengan kemiringan yang hampir sama dengan naik pertama, wah Tebing lagi... muka udah sedih, hopeless, capek, yaaa namanya juga pemula, dibohongi teman-taman juga ngga tau. Bentar lagi sampe kok, bentar lagi sampe dibalik sabana itu udah deket. Saya jadi seperti anak kecil yang happy banget waktu di iming-imingi. Jalannya semangat lagi walaupun nafas udah setenagh berat, dari kejauhan memang terlihat banyak lampu senter yang mendaki sampai sabana 1, banyak yang sudah jalan lebih pagi dari kami.
Turunan Sabana 1, "Itu Puncak Gunung Merbabunya ya? " "Bukan, Lewat Sabana 2 lagi Baru Puncak Merbabunya"
Ya Allah terpukul banget pas tau masih jauh, mau balik jauh mau lanjut ga sanggup lagi. Sampe dibantuin temen-temen ada yang dorong-dorong dari belakang biar sanggup naik tebingnya, kadang ditarik dari depan, ada yang nungguin kalo berentinya kelamaan, Sumpah rasanya muka sudah pucat pasi habis darah, dingin diluar, di telapak tangan,dimuka tapi panas di dalam jaket. menurut Saya penting banget peran team disini. Tepat jam 6 sudah sampai di punggung gunung Merbabu hanya saja udah bener-bener ngga bisa ngejer Sunrisenya. Akhirnya kami menikmati hangatnya Mentari duduk disisi jalur pendakiannya. Lalu melanjutkan perjalanan Sampai ke Puncak Triangulasi, tiba di atas teman-teman saling berpelukan, ada yang menangis karena terharu bisa sampai puncak dengan ratusan drama diperjalanan, tak lupa kam juga langsung memanjatkan doa atas keselamatan dan kesehatan sampai bisa melihat keagungan-Nya. Di puncak anginnya cukup kencang, Pemandangan tidak begitu bagus namun beberapa kali gunung Merapi nampak jelas dari Puncak Merbabu. Oh ini Gunung Merapi yang sering Saya dengar dan lihat beritanya di TV, merapi nampak tenang. Angin dari puncak begitu dingin, di puncak sudah ramai pendaki berfoto-foto, menikmati pemadangan,
Puncak triangulasi Gunung Merbabu 3142 Mdpl |
Jam 10.00 Rombongan sudah bersiap turun, udara semakin tidak bersahabat, takut kabut semakin tebal terbawa angin. jarak pandang semakin kecil, untuk proses turun pun tak semudah yang dibayangkan, karena kontur tanah yang tidak rata, licin dan berlubang kami pun turun harus sangat hati-hati, salah salah terpeleset bisa sampai beberapa meter, sampai kaki terasa gemeteran. Tiba kembali di Pos 3 beberapa teman yang tidak ikut ke puncak, sudah menyiapkan menu makan siang enak, sayur sop fresh from kitchen, Nasi, Tempe Goreng dan Orek Tempe Teri, makannya bagi-bagi karena orangnya banyak, dan minum yang tersisa masih sedikit jadi harus bijak menggunakannya, harus kami sisakan selama perjalanan turun ke Basecamp. Perjalanan turun lebih cepat waktunya daripada naik. bisa kurang lebih 3-4 jam.
Formasi lengkap Foto terakhir di Pos 3 Gunung Merbabu |
Dari Selo Perjalanan kami lanjutkan untuk jalan-jalan ke Kota. Yogyakarta yang kami pilih.
Menggunakan kendaraan Elf dengan biaya Rp 50.000/orang menempuh perjalanan 2-3 jam. Ala-ala backpackeran, kami menginap di gratis dan hemat.
Sekian cerita naik gunung kali ini, dan mungkin ini naik gunung pertama dan terakhir kalinya. Tak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman FKPA khususnya , Bang Dwi sebagai Ketua, Alpi dengan keterbatasan isi tas menampung barang-brg ku dr Prau sampe Merbabu, Bang Selow dengan segala pengorbanannya bawa air 20 liter sampe pos 3 merbabu, Eki, Imam, bang Satrio, Bang Ryan, Febri , Bang ABP, Bng Aswad yang selalu nyemangatin, bantuin dorong smpe kadang narik-narik biar bisa naik tebing-tebing, Giblong dengan segala caci makinya yang suka buat emosi, Peyek yang kerjaannya lawak melulu. Dan Teman-teman beda pulau, Chacha dan Nindi senang berkenalan dengan kalian dengan segala suka duka selama perjlanan 1 minggu penuh.
Sekian cerita naik gunung kali ini, dan mungkin ini naik gunung pertama dan terakhir kalinya. Tak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman FKPA khususnya , Bang Dwi sebagai Ketua, Alpi dengan keterbatasan isi tas menampung barang-brg ku dr Prau sampe Merbabu, Bang Selow dengan segala pengorbanannya bawa air 20 liter sampe pos 3 merbabu, Eki, Imam, bang Satrio, Bang Ryan, Febri , Bang ABP, Bng Aswad yang selalu nyemangatin, bantuin dorong smpe kadang narik-narik biar bisa naik tebing-tebing, Giblong dengan segala caci makinya yang suka buat emosi, Peyek yang kerjaannya lawak melulu. Dan Teman-teman beda pulau, Chacha dan Nindi senang berkenalan dengan kalian dengan segala suka duka selama perjlanan 1 minggu penuh.
0 komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.